Surakarta_ Senin, 25 September 2023 yayasan SPEK-HAM Surakarta mengadakan kegiatan rutinan dengan kelompok ibu-ibu korban KDRT & perceraian, kegiatan tersebut berlangsung dari pukul 13.30-15.00 WIB. Pada kegiatan tersebut pihak yayasan SPEK-HAM dan para ibu-ibu korban KDRT & perceraian sharing informasi terkait permasalahan yang pernah dan sedang dihadapi, bagaimana cara para ibu-ibu tersebut menghadapi permasalahan yang mereka hadapi, menceritakan kisah mereka hingga mereka bisa bertemu dengan yayasan SPEK-HAM Surakarta yang membantu para ibu-ibu tersebut survive dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan mereka tersebut. Kegiatan diawali dengan memperkenalkan diri masing-masing, dimulai dari para ibu-ibu korban KDRT & perceraian, pihak yayasan SPEK-HAM, dan mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta yang sedang melakukan kegiatan Praktik Pengakaman Lapangan (PPL) di yayasan SPEK-HAM Surakarta. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada penjelasan secara singkat terkait dengan selfhealing yang bisa dilakukan oleh semua orang ketika sedang berada di fase jenuh dan bosan yang dijelaskan oleh mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta.
Setiap manusia pasti pernah mengalami perasaan jenuh, bosan, boring, dan lain sebagainya pada kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, terlebih jika kegiatan tersebut yang seharusnya dilkukan secara bersama-sama namun malah dikerjaakan sendiri maka semakin lama kegiatan tersebut akan dianggap sebagai beban. Seperti halnya yang dirasakan oleh para kaum perempuan, dimana mereka selalu dikaitkan dengan kewajiban untuk membersihkan rumah, merawat anak, dan lain sebagainya. Pada saat perempuan telah menikah, beban yang ditanggung akan semakin bertambah, karena mereka dituntut untuk bisa melakukan semua pekerjaan rumah, melayani suami, mengasuh anak, belum lagi sebagian besar dari mereka juga ikut andil dalam mencari nafkah bagi kehidupan keluarga, sekalipun mereka hanya menjadi ibu rumah tangga mereka juga pasti merasakan lelah, penat, jenuh dan laain sebagainya karena pekerjaan rumah yang tidak ada henti-hentinya untuk dikerjakan.
Maka dari itu, kami memberikan penjelasan secara singkat terkait selfhealing yang sangat mudah dilakukan, misalnya jika sudah merasa jenuh, capek, ataupun penat kita bisa melakukan kegiatan refreshing seperti jalan-jalan ke taman, ke pantai, ataupun jalan-jalan melihat kendaraan berlalu lalang untuk sekedar melepas penat. Selain itu, jika ada suatu kejanggalan yang dirasa dan bisa menjadi sesuatu yang dipikirkan terus-menerus, bisa diceritakan kepada pasangan atau ke orang terdekat. Namun, jika tidak dapat bercerita secara langsung, dapat bercerita lewat tulisan, tujuannya agar perasaan dan emosi negatif yang selama ini tersimpan dapat tersalurkan dengan semestinya. Jika permasalahan tersebut tidak kunjung selesai, maka ada baiknya untuk mendatangi ahlinya misalnya ke konselor, psikolog atau ke psikiater.
Kegiatan selanjutnya adalah sharing sederhana yang disampaikan oleh ibu Fitri, pada sesi ini ibu Fitri mengajak para ibu-ibu tersebut untuk melepaskan sejenak permasalahan yang saat ini sedang dihadapi. Agar suasana tidak tegang dan bosan, ibu Fitri dan mahasiswa PPL memberikan ice breaking kepada para ibu-ibu. Kemudian dilanjutkan dengan sesi penjelasan secara singkat terkait budaya patriarki yang masih melekat di Indonesia, bagaimana bisa buada patriarki bisa berkembang, dan apa saja penyebabnya. Adanya budaya patriarki di Indonesia karena tradisi dan budaya di Indonesia yang masih menomor satukan kaum laki-laki, didikan orang tua (parenting), sudut pandang masyarakat, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, pandangan masyarakat terhadap wanita yang cerai hidup dianggap buruk, julukan janda akan sangat jelek sekali bila melekat pada wanita yang cerai hidup. Selanjutnya, pemberian contoh sederhana untuk bercerita melalui tulisan, di sesi ini ibu Fitri mengarahkan para ibu-ibu untuk menuliskan permasalahan yang dihadapi. Setelah itu, tulisan yang ditulis pada selemba kertas itu dikepal sekuat mungkin, kemudian dibuang di tenagh-tengah, lalu ibu Fitri meminta para ibu-ibu menuliskan di selembar kertas apa yang menjadi harapan mereka untuk dikemudian hari, lalu satu persatu diminta untuk membacakan hasil tulisannya itu.
Kegiatan pada hari itu telah selesai dengan baik, dengan diadakannya kegiatan FGD Survivor dapat membantu mereka yang menjadi korban KDRT & perceraian dapat bangkit dari keterpurkan itu, bertahan hidup guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi, dan secara perlahan meminimalisir rasa trauma yang dirasakan.