Intan Wahyu Istiqomah*

Menjadi mahasiswa merupakan sebuah anugerah. Tidak dapat dipungkiri bahwa mengenyam pendidikan lanjut dan lulus dengan tepat waktu merupakan kebahagian. Selain untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang tua dan keluarga. Tapi, untuk dapat lulus kita harus melewati tahap yang terkadang membuat orang lain putus asa namun banyak juga yang bangkit untuk melewati tahap tersebut. Yup, you know lah. Skripsi.

Skripsi. Nggak asing dong, kan udah akrab. Apalagi mahasiswa semester akhir, hehe. Terkadang menyebutnya merupakan sebuah aib dan harus dihindari. Usut punya usut, ternyata skripsi ini prosesnya suangaaat panjang dan butuh kesabaran tingkat dewa. Satu lagi, iman harus kuat agar nggak gampang down

Dimulai dari pengajuan judul di biro skripsi. Acc dari sekretaris prodi. Pengajuan dosen pembimbing ke ketua prodi. Bimbingan buat nyusun proposal penelitian. Ujian seminar proposal, kemudian lanjut penelitian. And last, sidang skripsi yang kemudian disusul yudisium dan wisuda. 

Kendala alias rintangan yang dihadapi pejuang skripsi pun berbeda-beda. Like I said. Prosesnya panjang. Karena nggak setiap mahasiswa punya cerita yang sama dan lancar jaya dalam mengerjakan skripsi. Ditahap awal misalnya, ada yang harus berkali-kali revisi judul baru kemudian bisa dapat acc pengajuan dosen pembimbing. Selain itu, ada beberapa teman yang bilang bahwa dosen pembimbingnya sulit ditemui, ribet dan sebagainya. Dan kini semua itu bisa dibilang sudah ‘mereda’.

Semenjak adanya pandemi covid-19 yang menyebar di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Membuat para pejuang skripsi beristirahat sejenak dari penatnya menunggu dosen. Pusingnya mengolah data. Mata dan raga yang lelah kerja rodi karena begadang. Virus ini mengajarkan kita untuk memahami tentang makna sebuah kesabaran. Kuatnya sebuah doa. Hakikat kehidupan dan mengingat Allah tentunya.

Banyak perubahan terjadi. Di mana kita diminta untuk jaga jarak (physical distancing) satu sama lain. Tidak berkerumun di keramaian. Membiasakan untuk mencuci tangan. Menjaga kebersihan. Menjaga pola makan dan istirahat. Semua pendidikan formal mengeluarkan kebijakan belajar daring karena tidak memungkinkan proses KBM (kegiatan belajar mengajar) seperti biasanya. 

Beberapa kebijakan ini tentunya berdampak juga dong bagi pejuang skripsi (termasuk aku). Karena lokasi penelitian yaitu instansi pemerintahan maupun LSM yang membatasi akses masuk orang asing masuk dalam lingkungannya dengan tujuan memutus rantai penyebaran covid-19 ini. 

So, mau nggak mau penelitiannya tertunda. Tidak dapat mengambil data di lapangan. Mau bimbingan pun juga maju mundur seperti kursi dorong. Karena yang mau dikonsultasikan belum ada, data belum lengkap. Bingung? Iya, padahal target lulus tahun ini. Selanjutnya banyak target yang sudah tersusun rapi dan segera untuk dieksekusi. Ambyaar. Lantas, bagaimana jika seperti ini? Kriik kriik.

Sabar menanti semoga pandemi ini segera berakhir. Berdoa agar semesta segera pulih dan kita dapat beraktivitas kembali seperti biasanya serta dapat melaksanakan ramadhan sebagaimana mestinya. Amin. Cukup #dirumahaja dulu, manfaatkan waktu dengan keluarga, bantuin orang tua, belajar masak, banyakin kegiatan positif dan tetap produktif. Skripsi tetap disentuh yaa biar semangatnya tetap terjaga.

Kita harus tetap berfikir positif. Yakin bahwa Allah akan memberikan kenikmatan setelah pandemi ini berakhir dan semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah. Amin. Tetap semangat yaaa. Kamu, pejuang skripsi.

*Mahasiswi BKI angkatan 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *