Rio Aji Utama*

Hari itu, Sabtu, dalam perjalanan pulang ke rumah. Aku sempat menepi di pinggir jalan. Tidak sadar ternyata tempat pemberhentianku di samping kuburan. Sepi. Sialnya lagi aku lupa membawa jas hujan. Tidak berselang lama hujan turun sangat deras. Aku pun bersegera mencari tempat untuk berteduh. Sempat membuka ponsel dan update berita di grup WA kelas mungkin ada tugas kuliah lagi. Perkiraanku salah. Ternyata pembahasan virus corona yang membuat chat grup kelas sampai ratusan itu. Dan aku malas membacanya.  

Sebelum masa lockdown kampus, aku beranikan diri keluar rumah untuk mengumpulkan tugas kuliah di kampus. Sebagai PJ tugas kelas, mau tidak mau aku harus tetap pergi ke kampus dengan hanya bermodalkan sabun cair, masker, dan pastinya uang buat jajan untuk berjaga-jaga dari perut lapar. Saat meminta izin ke orang tua, rasanya seperti meminta izin merantau. Mungkin karena orang tua juga takut terjadi sesuatu padahal aku sendiri juga takut, hehe.

Ada pengalaman yang tidak mengenakkan saat mengikuti kuliah daring (online) dari dosen. Mungkin ini juga masalah bersama mahasiswa yang tinggal di daerah yang susah sinyal. Kebetulan aku mendapatkan giliran untuk presentasi tugas di jam 10.20 WIB. Seperti prediksiku sebelumnya. Kuliah tidak berjalan lancar. Saat ada pertanyaan dari teman, aku pun langsung menjawabnya. But, you know what? Balasanku tersebut terkirim di jam 15.00 WIB. Tanya kapan dijawab kapan.

Persepsi masa lockdown kampus bagi kalangan mahasiswa berbeda-beda. Ada yang menganggap libur. Ada yang bilang masa hibernate. Ada yang mengatakan fase tugas. Bagiku pribadi, I don’t care. Selama lockdown, aku stay di rumah saja. Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya mengikuti anjuran pemerintah. Toh, anjuran tersebut demi kebaikan bersama.

Untuk mengisi waktu kosong. Aku menjadi relawan karang taruna desa. Sebagai bagian dari ikhtiar, kami melakukan penyemprotan disinfektan di desa. Ada rasa bangga bisa membantu kepada sesama. Karena virus ini, bersin di tempat umum seperti saat sekarang seperti menjadi aib, hehe. Semoga virus tersebut sungkan untuk masuk ke desaku.

Meski virus ini membawa banyak kesusahan, tapi jangan dibawa susah nanti tambah susah. Yakin deh. Keluh kesah yang ada harus dibuang jauh-jauh. Anggap saja keadaan yang sekarang sebagai ujian naik tingkat dari Tuhan untuk kita semua. Jangan lupa untuk #dirumahsaja. Tetap semangat dan jangan lupa bersyukur. Be Happy, Ok.

*Mahasiswa BKI Angkatan 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *