وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا ٨٢
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. QS. Al Isra: 82”
Salah satu keunikan pikiran manusia adalah mampu menyimpan materi baik dalam waktu lama / sebentar. Seperti para penghafal al qur’an, mereka mampu menyimpan materi ayat-ayat qur’an dalam waktu yang sangat lama, sampai meninggal dunia. Pun ada yang sebentar, lalu hilang seperti saat kita menaiki kendaraan lalu membaca iklan di baliho, dan lupa. Memang semua tidak harus dihafalkan, cukup dibaca sebentar, dipahami/dimengerti, lalu diabaikan.
Rasulullah pun memberi status manusia yang memiliki pikiran dengan, tempatnya salah dan lupa. Sebagai tempatnya salah artinya manusia dalam berfikir memiliki potensi benar dan salah. Maka dalam logika ijtihad (berpikir) bila benar mendapatkan pahala dua. Mengapa? Karena pahala 1 karena benar, dan 1 karena berpikir. Sedangkan bila ijtihad salah, maka dapat pahala 1, yakni pahala berpikir. Al qur’an banyak berbicara tentang, apakah kamu tidak berpikir?
Pikiran (otak) karakternya mirip fisik manusia, yakni: terkadang mengalami memar-memar karena jatuh atau terkena benda keras. Adakalanya sampai kesleo (terkilir), dan bahkan sampai retak dan patah. Hal itu karena terjadi kecelakaan berat atau tertabrak motor/mobil. Pikiran manusia sama seperti fisik, terkadang mengalami memar-memar karena terbentur masalah kecil, seperti: hutang yang belum sempat terlunasi sedangkan penageh senantian mendatangi rumah untuk menagih. Konflik dengan saudara / teman. Terkadang pikiran juga mengalami kesleo, dan lebih jauh patah, seperti: seseorang yang ditinggal kekasihnya, pengkhiatan oleh anak buah / orang yang dicintai, dll.
Dari berbagai persoalan/kejadian yang dapat menjadikan trauma pikiran, maka perlu dicarikan solusi / obatnya. Tulisan ini bermaksud menawarkan beberapa solusi tersebut. Pertama, ada niatan yang kuat dari diri (hati) untuk sehat/waras dari trauma tersebut. Artinya, obat pikiran tidak mungkin mampu mengobati trauma pikiran bila dari si penderita (pasien) tidak ada niatan untuk sembuh/waras. Qaidah ilmu nahwu, siapa yang tidak yakin, ia tidak akan memperoleh manfaat.
Kedua, merubah pola pikir. Misalnya, cara pandang terkait dosa karena salah. Tidak jarang kita lihat ada seseorang yang sedih bertahun-tahun (berlarut-larut) karena merasa berdosa, ia lupa bahwa Allah adalah Dzat Maha Pengampun. Asalkan bukan masalah tauhid, Allah akan mengampuni dosa seseorang. Bahwa seseorang akan dimasukkan neraka 100 tahun misalnya, ia tetap ada harapan masuk surga karena di hatinya ada iman (tauhid).
Penegasan sabda Rasulullah, ikutilah perbuatan dosa mu dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik akan menghapus dosa mu. Artinya, bila seseorang telah melakukan kesalahan, ia segera minta ampun dan bertaubat, tidak mengulangi lagi, lalu diiringi dengan amal sholih, seperti sedekah, mengajar, mencari nafkah yang halal, dll. Dan yakinlah, dosa itu telah terhapus saat kita melakukan kebaikan. Sabda Rasulullah, antara satu sholat fardu dengan sholat fardhu yang lain dapat menghapus dosa. Begitu juga, seseorang yang pergi umroh, antara umroh satu dengan umroh yang lain dapat menghapus dosa diantara keduanya.
QS. Hud: 3
وَأَنِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَيُؤۡتِ كُلَّ ذِي فَضۡلٖ فَضۡلَهُۥۖ وَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ كَبِيرٍ ٣
Artinya: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”
QS. Hud: 52
وَيَٰقَوۡمِ ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُرۡسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيۡكُم مِّدۡرَارٗا وَيَزِدۡكُمۡ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمۡ وَلَا تَتَوَلَّوۡاْ مُجۡرِمِينَ ٥٢
Artinya: “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmulalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”
Ketiga, menghindari segala sesuatu yang mampu menjadi pemicu dengan cara mengcari pengalihan ke kegiatan yang lain yang disukai. Misalnya, karena trauma dengan kecelakaan, segera mengganti chanel TV yang kebetulan menayangkan kecelakaan. Atau karena trauma dengan pasangan hidup, tidak melihat acara TV yang membahas tentang perceraian / KDRT. Atau karena trauma investasi bodong, tidak melihat tayangan investasi bodong. Hampir mirip seseorang yang dimainkan pikirannya terkait pikiran tentang siapa Allah dan siapa yang ‘melahirkan’ Allah, maka pikiran tauhid yang mulai glanturkarena bisikan syetan segera dihilangkan dengan menyibukkan aktivitas lain, seperti: nonton TV comedi, memasak, jalan-jalan, sepedaan onthel, dll. Mengapa? Biar pikiran tidak berputar berpikir tentang ketauhidan Allah.
Keempat, meyakini bahwa suatu peristiwa adalah perpindahan dari satu rahmat Allah ke rahmat Allah yang lain, atau keluar dari satu rahmat Allah, masuk ke rahmat Allah yang lain. Misalnya, seseorang ayah (suami) dimana istri mengalami kekecewaan yang berat, lalu minta cerai, anak kecewa memiliki ayah yang seperti itu, lalu minggat, uang tidak pegang, dan tetangga kecewa atas segala perilakunya. Maka si ayah (suami) cukup berkata, dulu lahir sendiri, besok mati juga sendiri di alam kubur, dan mempertanggung jawabkan di hadapan Allah juga sendiri.Dan yakin, barangkali ada perempuan lain yang mau menjadi istri dengan segala kekurangan dan kelebihan. Ini lebih melegakan hati dan pikiran daripada berfikir tentang mengapa istri, anak, tetangga, dan teman kecewa semua. Bukankan ada ungkapan, seburuk apapun diri mu, tetap memiliki teman; dan sebaik apapun diri mu tetap memiliki musuh.
Kelima, menjadikan al qur’an sebagai obat. Artinya, al qur’an dibaca dari awal sampai akhir (khatam) dan itu terus dibaca berulang-ulang seiring waktu hati/pikiran yang biasanya menghadapi masalah itu berdebar-debar, susah, sedih, galau, dll. dapat dengan sendirinya diberi kekuatan Allah untuk siap dalah menghadapi masalah (trauma) tersebut. Mengapa? Masalahnya sama, tetapi cara mensikapinya dari hari ke hari sudah berbeda dan semakin mampu mengendalikan emosi yang terkadang hiper, seperti: sebotol sprit yang digoyang, lalu meluap. Berbeda dengan air mineral, meski digoyang-goyang, ia tidak meluap.
Demikian beberapa hal terkait dengan solusi (obat) dari trauma yang perlu dicoba sebagai bagian dari ikhtiar menyegarkan kembali pola pikir Islam untuk menjawab problem kehidupan. Bismillah.
*Dr. H. Kholilurrohman., M.Si